Kapolda Kaltim Jadi Khatib di Masjid Jami “Assu’Adaa” Pasar Baru, Balikpapan
Poldakaltim.com, BALIKPAPAN, — Kapolda Kaltim bersama Jajaran Pejabat Utama Polda Kaltim kembali melanjutkan Safari Jumat (19/5/2017) di Masjid Jami “Assu’Adaa” Pasar Baru, Balikpapan. Sekitar 800-an jamaah hadir dalam untuk melaksanakan salat Jumat sekaligus mendengarkan khotbah dari Kapolda Kaltim, Irjen Pol Drs. Safaruddin yang diminta mejadi khatib.
Dalam khotbahnya, Kapolda Kaltim membawakan tema tentang fenomena perkembangan ilmu pengetahuan khususnya teknologi informasi terkait penyalahgunaan media sosial di masyarakat yang dipakai untuk saling menghujat, menjelek-jelekkan, maupun memfitnah.
Padahal, kata Kapolda, Islam mengajarkan orang-orang muslim berperilaku dengan perasaan, dan hati yang bersih. Menjaga lisan, menjaga rahasia pribadi masing-masing, serta berakhlak mulia, terhadap diri dan seluruh umat mukmin di seluruh muka bumi ini.
Seperti yang telah diingatkan Allah dalam Alquran, yakni Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari buruk sangka atau kecurigaan, karena sebagian dari buruk sangka itu adalah dosa dan janganlan suka mencari-cari keburukan orang lain.
Pesan Alquran ini merupakan jawaban dari fenomena yang kita alami yaitu era globalisasi yang ditandai kemajuan ilmu pengetahuan teknologi informasi. Saat ini ada yang namanya media sosial. Kita gemar saling menyalahkan, saling mencurigai, saling menjelekkan, melalui media sosial.
“Yang seharusnya media sosial itu digunakan untuk saling tolong menolong. Digunakan untuk saling mempererat silatuhrahim antara sesama manusia, antara sesama umat Islam.  Saling menghormati, saling tolong-menolong, saling menghargai, agar kita terhindar dari perbuatan menggunjing atau meng-gibah. Itu yang menimpa dunia saat ini, termaduk indonesia, termasuk di Balikpapan ini,†katanya.
Kapolda mengatakan, kita berada di era globalisasi, yang seharusnya  kemajuan ilmu pengetahuan dan tekologi informasi digunakan untuk kemudahan dalam beribadah. Coba kita lihat, berapa tahun lalu kalau berangkat ke Tanah Suci, harus berbulan-bulan, karena menggunakan kapal laut. Sekarang dengan adanya kemajuan teknologi, hanya beberapa jam sudah berada di Tanah Suci.
Kita sampai di tanah suci, kita menggunakan hanphone bisa berkomunikasi dengan keluarga kita yang ada di Balikpapan. Bisa menanyakan keadaan keluarga di Balikpapan. Itu semua kemajuan teknologi informasi. Yang harusnya kita gunakan itu.
“Kita coba melihat kalimat-kalimat yang terungkap di media sosial, sudah tidak ada sopan santun, sudah tidak ada menghargai, malah sebaliknya.  Itu dilarang oleh agama Islam. Sudah dilarang oleh Alquran berapa ribu tahun lalu,†kata Kapolda, selaku khatib.
Padahal Alquran sudah mengingatkan kepada umat Islam, kepada umat manusia, jangan saling menggunjing. Karena menggunjing itu atau mencari kesalah-kesalahan orang lain, menyebabkan rusaknya kehomatan seseeorang. Merusak hati dan ketentraman masyarakat. Mengganggu persatuan dan kesatuan umat Islam. Karena perbuatan menggunjing atau mengghibah orang, merupakan salah satu dosa besar, yang membinasakan dan merusak agama para pelakunya. Baik sebagai pelaku, maupun orang yang mendengarkan dan diam saja.
“Sama saja dosanya. Apalagi ,ikut menyebarkan berita bohong, berita kejelekan itu,†pesan Kapolda.
Untuk menggambarkan bagaimana balasannya bagi orang yang menggunjing, Kapolda kembali membacakan salah satu surat dalam Alquran, yakni Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya:… Dan jangan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima tobat lagi Maha penyanyang.
“Secara naluriah, tentu kita jijik memakan daging saudara kita yang sudah meninggal. Itu perumpaan kalau kita suka membicarakan kejelekan orang, menghujat orang, menjelek-jelekkan orang, itu sama dengan memakan daging saudaranya yang sudah meninggal. Yang seharusnya kita jijik, tetapi itu menjadi kegemaran kita saat ini,†kata Kapolda.
Kapolda selanjutnya mengutib dialog antara Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril pada saat perjalanan Israk-Mikraj seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Dalam dialog itu digambarkan ketika Nabi Muhammad melihat suatu kaum yang kukunya panjang, terbuat dari tembaga dan pekerjaannya menggaruk-garuk dadanya. Nabi bertanya kepada malaikat Jibril, siapakah itu, dan dijawab itu adalah kaum waktu dia hidup, suka menggunjing orang, suka membicarakan kejelekan orang, suka mencari kesalahan orang. Membicarakan kesalahan orang lain.
“Nanti, setelah kita kembali dari salat jumat kita ini, coba perhatikan tangan-tangan kita. apakah kuku kita panjang terbuat dari tembaga atua tidak. Kalau kuku kita panjang, sebaiknya dipotong sekarang juga. Berhenti mulai sekarang, menggunjing orang,†kata Kapolda.
Usai salat berjamaah Kapolda yang bersafari didampingi oleh Dirintelkam Polda Kaltim, Dirbinmas Polda Kaltim, Kabid Humas Polda Kaltim dan Kapolres Balikpapan, Korspri dan staf Polres Balikpapan melakukan silatuhrahmi dengan pengurus di Masjid Jami “Assu’Adaa” Pasar Baru, dan menyumbangkan Alquran, serta menyempatkan berfoto bersama. (Humas Polda Kaltim)