Kapolda Kaltim Jadi Khatib di Masjid Baitul Maqdis Islamic Center Kutai Barat
Poldakaltim.com, SENDAWAR,- Mengawali kegiatan safari Ramadhan di Kabupaten Kutai Barat (Kubar), Kapolda Kaltim Irjen Pol Drs. Safaruddin dan rombongan melaksanakan salat Jumat di Masjid Baitul Maqdis Islamic Center Kubar, Jumat (9/6/2017).
Kapolda Kaltim bertindak selaku khatib memberikan siraman rohani kepada 2000-an jamaah yang memenuhi masjid berlantai dua yang berdiri megah di kawasan Jl. Pattimura, Melak Ulu, Melak, Kubar. Tampak diantara jamaah, Wakil Bupati Kutai Barat, H Edyanto Arkan, unsur Muspida Kubar, rombongan Pejabat Utama dan masyarakat.
“Alhamdulillah, kita patuh bersyukur kepada Allah SWT, karena umur kita dipanjangkan, dan bertemu bulan Ramadhan, yang penuh berkah dan ampunan,†kata Kapolda Kaltim.
Pada bulan suci Ramadhan ini, kata Kapolda Kaltim, banyak ibadah-ibadah yang pahalanya dilipatgandakan oleh Allah SWT. Malam Lailatul Qadar, lebih baik dari seribu bulan, 83 tahun hanya semalam. Ada ibadah puasa, amalnya diberikan oleh Allah. Dan  kalau melaksanakan ibadah puasa dengan sebenar-benarnya, kita diberikan gelar oleh Allah SWT termasuk golongan orang yang bertakwa oleh Allah SWT.
Pada bulan Ramadhan ini kita diberi kesempatan untuk meraih derajat orang yang takwa sebagaimana sebagaimana firman Allah dalam ayat 183 Al-Baqarah, yang artinya: Wahai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Puasa yang sempurna, menjadikan orang bertakwa, menjadikan gelar takwa di sisi Allah SWT. Tetapi ada juga orang yang melaksanakan puasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Tidak mendapatkan apa-apa. Karena ketika dia berpuasa, masih tetap membicarakan hal-hal yang dilarang Allah. Menggunjing orang, mengghibah orang. Membicarakan hal-hal bersifat provokasi, permusuhan. Dan menggunjing orang lain.
Dalam hadis riwayat Bukhari: barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya, maka Allah tidak perlu puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum.
Apabila kita sedang melaksanakan puasa, agar puasa kita sempurna. Perlu dua syarat.
Yang pertama: kita menahan lapar dan dahaga. Tidak makan dan minum. Teapi kita juga tidak boleh membicarakan kejelekan orang.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari buruk sangka atau kecurigaan, karena sebagian dari buruk sangka itu adalah dosa dan janganlah suka mencari-cari keburukan orang lain.
Pesan Alquran ini merupakan jawaban dari fenomena yang sedang kita alami saat ini. Karena kemajuan ilmu pengetahuan teknologi informasi. Ada yang namanya media sosial, sekarang ini lagi menimpa, berada di tengah-tengah kita, dan kita gemar sekali menggunakan media sosial. Yaitu  saling menyalahkan, saling mencurigai, saling menjelekkan, melalui media sosial.
“Yang seharusnya media sosial itu digunakan untuk saling tolong menolong. Digunakan untuk saling mempererat silatuhrahim antara sesama manusia, antara sesama umat Islam. Saling menghormati, saling tolong-menolong, saling menghargai, agar kita terhindar dari perbuatan menggunjing atau meng-gibah. Itu yang menimpa dunia saat ini, termasuk Indonesia, termasuk di Kubar ini,†katanya.
Kapolda mengatakan, kita berada di era globalisasi, yang seharusnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi digunakan untuk kemudahan dalam beribadah. Coba kita lihat, berapa tahun lalu kalau berangkat ke Tanah Suci, harus berbulan-bulan, karena menggunakan kapal laut. Sekarang dengan adanya kemajuan teknologi, hanya beberapa jam sudah berada di Tanah Suci.
“Kita coba melihat kalimat-kalimat yang terungkap di media sosial, sudah tidak ada sopan santun, sudah tidak ada menghargai, malah sebaliknya. Itu dilarang oleh agama Islam. Sudah dilarang oleh Alquran berapa ribu tahun lalu,†kata Kapolda, selaku khatib.
Padahal Alquran sudah mengingatkan kepada umat Islam, kepada umat manusia, jangan saling menggunjing. Karena menggunjing itu atau mencari kesalah-kesalahan orang lain, menyebabkan rusaknya kehomatan seseeorang. Merusak hati dan ketentraman masyarakat. Mengganggu persatuan dan kesatuan umat Islam. Karena perbuatan menggunjing atau mengghibah orang, merupakan salah satu dosa besar, yang membinasakan dan merusak agama para pelakunya. Baik sebagai pelaku, maupun orang yang mendengarkan dan diam saja.
“Sama saja dosanya. Apalagi ,ikut menyebarkan berita bohong, berita kejelekan itu,†pesan Kapolda.
“Secara naluriah, tentu kita jijik memakan daging saudara kita yang sudah meninggal. Itu perumpaan kalau kita suka membicarakan kejelekan orang, menghujat orang, menjelek-jelekkan orang, itu sama dengan memakan daging saudaranya yang sudah meninggal. Yang seharusnya kita jijik, tetapi itu menjadi kegemaran kita saat ini,†kata Kapolda.
Kapolda selanjutnya mengutib dialog antara Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril pada saat perjalanan Israk-Mikraj seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Dalam dialog itu digambarkan ketika Nabi Muhammad melihat suatu kaum yang kukunya panjang, terbuat dari tembaga dan pekerjaannya menggaruk-garuk dadanya. Nabi bertanya kepada malaikat Jibril, siapakah itu, dan dijawab itu adalah kaum waktu dia hidup, suka menggunjing orang, suka membicarakan kejelekan orang, suka mencari kesalahan orang. Membicarakan kesalahan orang lain.
“Nanti, setelah kita kembali dari salat Jumat kita ini, coba perhatikan tangan-tangan kita. apakah kuku kita panjang terbuat dari tembaga atau tidak. Kalau kuku kita panjang, sebaiknya dipotong sekarang juga. Berhenti mulai sekarang, menggunjing orang,†kata Kapolda.
(Humas Polda Kaltim)