Kapolda Kaltim Khatib Salat Jumat di Masjid Agung Istiqomah Tanjung Selor Kaltara
Poldakaltim.com, BULUNGAN.—Kapolda Kaltim Irjen Pol Drs. Safaruddin dalam rangkaian safari Ramadhan ke Bulungan,Kaltara, pada hari kedua melakukan salat Jumat di Masjid agung Istiqomah Jl. Kol Sutaji Kel. Tanjung Selor Ilir, Kabupaten Bulungan, Kaltara, Jumat (16/6/2017) yang dihadiri sekitar 1200 jamaah.
Kapolda yang bertindak sebagai khatib Jumat membawakan tema tentang fenomena media sosial. Tampak di antara jamaah, unsur Muspida Provinsi Kaltara, Pejabat Utama Polda Kaltim dan jajaran Polres Bulungan serta masyarakat Tanjung Selor.
Dalam khotbahnya, Kapolda Kaltim mengatakan dalam menjalani kehidupan setelah sebelas bulan, kita menjalani kehidupan, tentu banyak dosa-dosa yang telah kita perbuat. Baik dosa terhadap Allah SWT, karena kita kadang lalai melaksanakan kewajiban kita. Kadang-kadang juga, apa yang dilarang, kita langgar. Begitu juga terhadap sesama manusia. Dalam bergaul, kadang-kadang secara tidak sengaja, atau kadang sengaja ada perilaku kita yang menyinggung sehingga kita berdosa terhadap orang tersebut.
“Alhamdulillah, kita patuh bersyukur kepada Allah SWT, karena umur kita dipanjangkan, dan bertemu bulan Ramadhan, yang penuh berkah. Ada waktu untuk bertobat karena pintu ampunan dibuka selebar-lebarnya,†kata Kapolda Kaltim.
Pada bulan suci Ramadhan ini, kata Kapolda Kaltim, banyak ibadah-ibadah yang pahalanya dilipatgandakan oleh Allah SWT. Malam Lailatul Qadar, lebih baik dari seribu bulan. Kalau dihitung 83 tahun, hanya semalam. Ada ibadah puasa, amalnya diberikan oleh Allah. Dan kalau melaksanakan ibadah puasa dengan sebenar-benarnya, kita diberikan gelar taqwa oleh Allah SWT. Namun ada syarat-syaratnya, seperti sebagaimana sebagaimana firman Allah dalam ayat 183 Al-Baqarah, yang artinya: Wahai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Puasa yang sempurna, menjadikan orang bertakwa, menjadikan gelar takwa di sisi Allah SWT. Tetapi ada juga orang yang melaksanakan puasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Tidak mendapatkan apa-apa. Karena ketika dia berpuasa, masih tetap membicarakan hal-hal yang dilarang Allah. Menggunjing orang, mengghibah orang. Membicarakan hal-hal bersifat provokasi, permusuhan.
Dalam hadis riwayat Bukhari: barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya, maka Allah tidak perlu puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum.
Apabila kita sedang melaksanakan puasa, agar puasa kita sempurna. Perlu dua syarat.
Yang pertama: kita menahan lapar dan dahaga. Tidak makan dan minum. Teapi kita juga tidak boleh membicarakan kejelekan orang.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah…. Islam, adalah agama yang sempurna. Mengajarkan kepada kita bagaimana sopan santun terhadap mahkluk-mahkluk yang ada di muka bumi ini. Bagaimana etika, bagaimana perasaan, hati nurani, akhlak, terhadap semua mahkluk yang ada di muka bumi ini, terhadap hewan, binatang. Terhadap lingkungan, bagaimana kita menjaga kelestarian lingkungan. Dan lebih utama bagaiman berperilaku yang baik kepada sesama manusia. Oleh karena itu, Islam mengharuskan, adanya perilaku dengan hati, perasaan yang bersih, menjaga lisan, menjaga rahasia pribadi, serta berakhlak mulia terhadap dirinya dan seluruh umat manusia, seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari buruk sangka atau kecurigaan, karena sebagian dari buruk sangka itu adalah dosa dan janganlah suka mencari-cari keburukan orang lain.
Pesan Alquran ini merupakan jawaban dari fenomena yang sedang kita alami saat ini. Karena kemajuan ilmu pengetahuan teknologi informasi. Ada yang namanya media sosial, sekarang ini lagi menimpa, berada di tengah-tengah kita, dan kita gemar sekali menggunakan media sosial. Yaitu saling menyalahkan, saling mencurigai, saling menjelekkan, melalui media sosial.
“Yang seharusnya media sosial itu digunakan untuk saling tolong menolong. Digunakan untuk saling mempererat silatuhrahim antara sesama manusia, antara sesama umat Islam. Saling menghormati, saling tolong-menolong, saling menghargai, agar kita terhindar dari perbuatan menggunjing atau meng-gibah. Itu yang menimpa dunia saat ini, termasuk Indonesia,†katanya.
Kapolda mengatakan, kita berada di era globalisasi, yang seharusnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi digunakan untuk kemudahan dalam beribadah. Coba kita lihat, berapa tahun lalu kalau berangkat ke Tanah Suci, harus berbulan-bulan, karena menggunakan kapal laut. Sekarang dengan adanya kemajuan teknologi, hanya beberapa jam sudah berada di Tanah Suci.
“Kita coba melihat kalimat-kalimat yang terungkap di media sosial, sudah tidak ada sopan santun, sudah tidak ada menghargai, malah sebaliknya. Itu dilarang oleh agama Islam. Sudah dilarang oleh Alquran berapa ribu tahun lalu,†kata Kapolda, selaku khatib.
Padahal Alquran sudah mengingatkan kepada umat Islam, kepada umat manusia, jangan saling menggunjing. Karena menggunjing itu atau mencari kesalah-kesalahan orang lain, menyebabkan rusaknya kehomatan seseeorang. Merusak hati dan ketentraman masyarakat. Mengganggu persatuan dan kesatuan umat Islam. Karena perbuatan menggunjing atau mengghibah orang, merupakan salah satu dosa besar, yang membinasakan dan merusak agama para pelakunya. Baik sebagai pelaku, maupun orang yang ikut mendengarkan.
“Karena orang yang diam saja. Sama saja dosanya. Apalagi ,ikut menyebarkan berita bohong, berita kejelekan itu,†pesan Kapolda.
Untuk menggambarkan bagaimana balasannya bagi orang yang menggunjing, Kapolda kembali membacakan salah satu surat dalam Alquran, yakni Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya:… Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima tobat lagi Maha Penyayang.
“Secara naluriah, tentu kita jijik memakan daging saudara kita yang sudah meninggal. Itu perumpaan kalau kita suka membicarakan kejelekan orang, menghujat orang, menjelek-jelekkan orang, itu sama dengan memakan daging saudaranya yang sudah meninggal. Yang seharusnya kita jijik, tetapi itu menjadi kegemaran kita saat ini,†kata Kapolda.
Kapolda selanjutnya mengutib dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril pada saat perjalanan Israk-Mikraj seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Dalam dialog itu digambarkan ketika Nabi Muhammad melihat suatu kaum yang kukunya panjang, terbuat dari tembaga dan pekerjaannya menggaruk-garuk dadanya. Nabi bertanya kepada malaikat Jibril, siapakah itu, dan dijawab itu adalah kaum waktu dia hidup, suka menggunjing orang, suka membicarakan kejelekan orang, suka mencari kesalahan orang. Membicarakan kesalahan orang lain.
“Nanti, setelah kita kembali dari salat Jumat kita ini, coba perhatikan tangan-tangan kita. apakah kuku kita panjang terbuat dari tembaga atau tidak. Kalau kuku kita panjang, sebaiknya dipotong sekarang juga. Berhenti mulai sekarang, menggunjing orang,†kata Kapolda.
Usai salat jumat berjamaah Kapolda Kaltim bersilaturahmi bersama pengurus Masjid Agung Istiqomah Tanjung Selor. Selanjutnya, Kapoda dan Rombongan meninggalkan ibukota Kaltara, Â dan menuju ke Tarakan untuk melanjutkan safari Ramadhan.
(Humas Polda Kaltim)