Poldakaltim.com, SENDAWAR.—Kapolda Kaltim Irjen Pol Drs. Safaruddin memberikan tausiah kepada para jamaah tarawih di Masjid Agung Baiturrahim Barong Tongkok, Kutai Barat, Jumat (9/6/2017) malam. Sedikitnya 700-an jamaah yang memenuhi masjid yang terletak di Jl. Gajah Mada, Kecamatan Barong Tongkok tampak mendengarkan ceramah dari Kapolda Kaltim yang mengambil tema bagaimana kita menjalankan ibadah puasa dan pesan-pesan seputar kamtibmas, bahaya narkoba hingga soal radikalisme dan terorisme.
Di awal tausiahnya, Kapolda Kaltim mengatakan, kita harus bersyukur kepada Allah SWT karena kita masih diberikan rahmad dan karunia, bisa tarawih, bisa bersilaturahmi dengan bapak-bapak dan ibu-ibu di Masjid Agung Baiturrahi, Melak ini.
Kapolda mengatakan, kondisi perkembangan situasi yang saat ini terjadi, kita masuk dalam era globalisasi. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini terjadi berbagai belahan dunia, termsuk di Kutai Barat ini. Kejadian semakin canggih, kejahatan-kejahatan yang terjadi semakin meningkat kualitasnya maupun kuantitasnya.
“Karena, kejahatan ini juga menggunakan kemajuan teknologi, kemajuan informasi yang saat ini digunakan untuk melakukan kejahatan,†kata Kapolda.
Untuk di Kalimantan Timur, kata Kapolda dalam tausiahnya, ada beberapa hal yang menjadi perhatian. Pertama mengenai kecelakaan lalulintas. Kecelakaan lalulintas ini, dalam satu minggu 10 hingga 15 orang meninggal. Jadi kalau dalam satu bulan, ada 60 orang percuma mati sia-sia di jalan. Kenapa terjadi, ini karena sudah banyak motor, sudah banyak mobil. Jalannya juga makin licin.
“Ini perlu saya sampaikan kepada para jamaah di masjid Baiturrahim, saya kira bapak-bapak menggunakan kendaraan. Kalau masjidnya bagus seperti ini, mungkin sudah punya mobil semua. Minimal kendaraan roda dua,†katanya.
Dikatakannya, urutan pertama yang menyebabkan banyak meninggal, karena benturan kepala. Makanya disuruh pakai helm. Tetapi kadang-kadang, di desa-desa itu gak ada yang mau pakai helm, karena ke masjid dekat, hanya dua kilometer, atau tiga kilometer.
“Gak ada yang pakai helm. Kalau sudah pakai topi haji, gak mau pakai helm. Ini bahaya, karena helm itu kan aturan-aturan untuk kepentingan pengendara sendiri, bukan kepentingan polisi,†ucapnya.
Lantas Kapolda bercerita, tentang adanya salah jamaah yang mau berangkat ke masjid. Pakai topi haji, lalu distop oleh polisi dan ditanya kenapa tidak pakai helm. Maka terjadilah dialog dan berlanjut pada perdebatan. Singkatnya, dalam perdebatan itu, Pak haji minta dibuktikan mana yang lebih kuat helm polisi atau topi Pak haji yang kuat. Maka helm polisi dibanting, dan akhirnya pecah. Lalu jamaah itu berkata, coba banting topi haji saya, pasti tidak pecah-pecah.
“Ini kan tidak boleh. Artinya, jangan berdebat. Karena bapak-bapak sudah melanggar aturan, ya gak boleh. Dan ini harus kita sadari. Banyak orang meninggal dunia , karena kepala yang terbentur,†katanya sembari menambahkan kalau luka pada kaki mungkin dioperasi. Tetapi kalau di kepala agak sulit, karena semua saraf-saraf berada di kepala, otak dan segala macam. Kalau kepala terbentur, bisa gegar otak.
“Mungkin umurnya masih panjang, tetapi hanya terlentang di rumah sakit. Ini pengalaman di masjid lain, tolong di Masjid Baiturrahim jamaahnya jangan begitu,†tambahnya.
Selain soal helm, Kapolda juga mengingatkan mememiliki SIM, karena dengan memiliki SIM berarti sudah resmi boleh mengendarai kendaraan bemotor. Anak-anak yang belum cukup umur, juga tidak boleh mengurus SIM. Sebab, anak-anak itu tingkat emosionalnya dianggap belum matang untuk mengendarai kendaraan bermotor. SIM juga harus milik sendiri, dan tidak boleh meminjam.
“Di Indonesia kecelakaan kendaraan bermotor paling tinggi. Akibat penyakit Jantung itu cukup banyak yang meninggal, tetapi masih lebih tinggi lagi karena kecelakaan kendaraan bermotor,†kata Kapolda sembari meminta kepada para jamaah untuk lebih hati-hati dalam mengendarai kendaraan bermotor.
Kapolda melanjutkan tentang permasalahan berikutnya di Kalimantan Timur ini adalah narkoba. Sebab, narkoba ini tiap minggu 60 sampai 80 yang ditangkap di Kaltim dan Kaltara. Tahanan di Polres, 80 persen narkoba. Di samarinda, ada 300 tahanan, 80 persennya penyalahgunaan narkoba. Ini saudara kita. Ini anak-anak kita. Nah, kalau sudah kena narkoba, itu sangat sulit disembuhkan.
Pertama yang disembuhkan adalah,masalah kesehatannya, karena ada syaraf-saraf yang harus dipulihkan kembali. Banyak organ-organ yang tidak bekerja kembali karena sudah tergantung pada narkoba.
Yang kedua, masalah psikologi yaitu selalu tergantung pada narkoba. Kalau tidak mengkonsumsi akan lemas, dan merasa tidak bisa apa-apa. Bahkan sampai keluar keringat dingin yang menandakan sudah sangat tinggi ketergantungannya pada narkoba. Ancaman terhadap narkoba ini tidak mengenal umur, tidak mengenal jabatan, dll.
“Sekarang di Indonesia ada 5,5 juta yang terlibat narkoba. Bahkan diantaranya ada polisi yang ditugaskan memberantas narkoba, malah jadi pengedar. Itu bahayanya, akhirnya kita pecat. Itu sudah pengaruh narkoba. Saya titip, supaya kita waspada terhadap bahaya narkoba,†katanya.
Yang ketiga masalah radikal, teroris. Kita kan bilang, Kaltim kan aman. Kapolda waktu itu sudah mengingatkan hati-hati Kapolres Samarinda, Balikpapan dan Tarakan. Tetapi merasa aman, setelah meledak baru terkejut bila ada kejadian, seperti di Samarinda, beberapa bulan lalu.
“Soal radikal ini, kalau ada orang-orang baru yang datang, tolong diinformasikan kepada kita,†pinta Kapolda.
Kapolda kembali mengingatkan agar para jamaah tetap waspada, baik terhadap kecelakaa lalulintas, narkoba dan radikalisme. Kapolda menggambarkan kewaspadaan itu seperti ketika seseorang pergi berobat ke dokter gigi, minta dicabut giginya yang sakit. Setelah dicabut, ternyata dokter tidak mau menerima uang bayarannya.
“Orang ini senang, dan sampai di rumah memeriksa giginya di depan kaca, ternyata yang dicabut bukan gigi yang sakit. Ternyata yang dicabut gigi emasnya. Nah, itu yang dimaksud waspada, jangan sampai terjadi baru menyesal,†kata Kapolda yang membuat sebagian besar jamaah tertawa.
(Humas Polda Kaltim)