Kapolda Kaltim Jadi Khatib Jumat di Masjid Nurul Huda Samboja
Samboja, Poldakaltim.com.– Kapolda Kaltim mangajak jamaah salat Jumat di Masjid Nurul Huda Kelurahan Samboja, Kukar agar bijak memakai media sosial. “Mari kita pergunakan Medsos untuk menyambung silatuhrahim dan mempermudah kita dalam beribadah,” kata Kapolda Kaltim Irjen Pol. Drs Safaruddin selaku khatib Jumat di depan 900-an jamaah, Jumat  (11/8/2017).
Dalam khotbahnya, Kapolda mengatakan Islam agama yang mulia, mengharuskan kita berperilaku dengan lisan yang sopan, perilaku yang baik, terhadap semua mahluk yang ada di muka bumi ini. Termasuk tumbuhan, kalau merusak bisa datang bencana banjir. Kita bisa melihat tempat makan hewan itu, sudah tidak ada lagi, sehingga masuk ke perkampungan masyarakat.
“Itu karena kita tidak berperilaku baik terhadap sesama mahluk, yang ada di muka bumi ini. Lebih-lebih kepada sesama manusia, kita harus tahu bagaimana beretika, bagaimana kita saling menghormati satu dengan yang lain. Itu diwajibkan oleh Islam,†katanya.
Kapolda mengutip salah satu surat dalam Al-Quran, yakni Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya: Hari orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari buruk sangka atau kecurigaan, karena sebagian dari buruk sangka itu adalah dosa dan janganlan suka mencari-cari keburukan orang lain.
Dikatakannya, pesan Alquran ini adalah jawaban dari fenomena yang hari ini sedang kita alami, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain.
Kita berada di era globalisasi, yang seharusnya kemajuan ilmu pengetahuan dan tekologi informasi digunakan untuk kemudahan dalam beribadah. Coba kita lihat, berapa tahun lalu kalau berangkat ke Tanah Suci, harus berbulan-bulan, karena menggunakan kapal laut. Sekarang dengan adanya kemajuan teknologi, hanya beberapa jam sudah berada di Tanah Suci.
“Sampai di tanah suci, kita menggunakan hanphone bisa berkomunikasi dengan keluarga kita yang ada di Samboja, di Indonesia. Sedangkan dari hanphone sudah bisa melihat gambar kita.Jadi, yang seharusnya kemajuan itu digunakan untuk mempermudah kita untuk beribadah, silatuhrahim, saling mengajak kebaikan, saling menasihati, berlomba-lomba berbuat baik,†katanya.
Namun, coba kita melihat kalimat-kalimat yang terungkap di media sosial, sudah tidak ada sopan santun, sudah tidak ada menghargai, malah sebaliknya. Itu dilarang menjelekkan orang lain,†kata Kapolda, selaku khatib.
Seribu tahun lalu dalam Al Quran dan Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan kepada kita agar tidak menggunjing, karena perbuatan ini menyebabkan rusaknya kehormatan seseorang,merusak hati dan ketentraman masyarakat, serta mengganggu keamanan dan ketertiban.
Dijelaskannya, perbuatan menggunjing merupakan salah satu dosa besar, yang membinasakan dan merusak agama para pelakunya, baik sebagai pelaku, maupun orang yang ikut mendengarkannya, atau ikut melihat, bekomentar di media sosial.
“Karena orang yang mendengarkan, sama dosanya dengan yang menggunjing. Sebaiknya pergi atau mengalihkan pembicaraan lain,†kata Kapolda sembari mengutib pesan Ibnu Mubarak, salah satu imam besar yang juga merupakan ahli hadis yang sangat masyhur dan terkemuka.
“Pergilah dari orang yang menggunjing, sebagaimana engkau lari dari kejaran singa,†pesannya.
Selanjutnya di Kapolda membacakan salah satu surat dalam Alquran, yakni Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya:… Dan jangan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima tobat lagi Maha Penyanyang.
“Secara naluriah, tentu kita jijik memakan daging saudara kita yang sudah meninggal. Itu perumpaan kalau kita suka membicarakan kejelekan orang, menghujat orang, menjelek-jelekkan orang, itu sama dengan memakan daging saudaranya yang sudah meninggal. Yang seharusnya kita jijik, tetapi itu menjadi kegemaran kita saat ini,†kata Kapolda.
Kapolda selanjutnya mengutib dialog antara Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril pada saat perjalanan Israk-Mikraj seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Dalam dialog itu digambarkan ketika Nabi Muhammad melihat suatu kaum yang kukunya panjang, terbuat dari tembaga dan pekerjaannya menggaruk-garuk dadanya. Nabi bertanya kepada malaikat Jibril, siapakah itu, dan dijawab itu adalah kaum waktu dia hidup, suka menggunjing orang, suka membicarakan kejelekan orang, suka mencari kesalahan orang. Maka kukunya diperpanjang dan terbuat dari tembaga.
Kapolda kembali menegaskan, karena menggunjing, atau menjelek-jelekkan orang itu menyebabkan rusaknya kehormatan seseorang. Merusak hati dan ketentraman masyarakat, serta menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat. Menggunjing orang lain, tidak terlepas, dari salah satu istilah yang disebutkan dalam alquran, yaitu gibah (menggunjing), ibhu (mendengarkan gujingan) dan bhutan (fitnah).
Kita harus berhenti mulai saat ini. Jangan karena kita berbeda agama, kita menggibah orang lain. Jangan karena kita berbeda partai politik, jangan karena kita berbeda paham, jangan karena masalah hal-hal yang tidak prinsip antara sesama umat Islam, kita saling menggibah.
“Biarkanlah perbedaan itu. Tetapi kita harus menahan diri, untuk tidak saling menggibah antara sesama umat Islam, antara sesama umat manusia di muka bumi ini. Karena itu dilarang oleh agama. Jangan karena perbedaan, kita saling menggibah. Yang seharusnya perbedaan itu disikapi dengan baik. Menjadikan karunia yang diberikan Tuhan kepada kita, sehingga kita tidak menjadi orang-orang bangkrut kelak di akhirat,†kata Kapolda.
Nabi Muhammad SAW bersabda: Seburuk-buruk ghibah, adalah menggunjing para pemimpinnya, para ulama. “Tidak boleh kita membicarakan kejelekan para pemimpin kita.Perilaku ghibah ini menurunkan kewibaan,†kata Kapolda, sembari menambahkan bahwa kita juga tidak boleh menaruh dendam sesama manusia, tidak boleh iri. “Karena kalau kita dendam, kita iri. Tentu kita berusaha mencari-cari kesalahan orang lain,†tambahnya.
Dalam hadis Nabi, pada suatu saat di Masjid Nabawi di Madinah, Nabi Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat: “Ya sahabat-sahabat, apa yang dimaksud dengan orang bangkrut.†Salah satu sahabat menjawab menjawab, bahwa orang bangkrut itu tidak punya harga benda dan punya banyak hutang. Namun, Nabi mengatakan bukan itu yang dimaksud orang bangkrut.
Orang yang bangkrut itu, katanya, adalah orang yang rajin, beribadah, salat 5 waktu, salat tahajut, rajin berzakat, bersedekat, rajin salat jumat seperti kita-kita ini. Tetapi ketika dihitung pahalanya, ilang. Kemana pahala itu? Diambil orang lain. Diberikan kepada orang lain. Diberikan kepada orang yang suka digunjing tadi. Kalau pahalanya sudah habis. Maka dosa orang yang digunjing itu diberikan kepadanya.
“Bangkrut nanti di akhirat. Kita percaya diri, melaksanakan ibadah baik yang wajib maupun yang sunah. Tetapi pahala itu hilang, karena kita rajin juga mengunjing orang. Membicarakan kejelekan orang,†kata Kapolda Kaltim selaku khatib salat Jumat.
Kapolda Kaltim menutup khotbahnya dengan meneru kepada orang-orang yang telah menggunjing sebaiknya segera bertobat. “Segera minta ampun kepada orang yang dighibah dan kepada Allah SWT, sehingga kita terhindar dari orang-orang yang tercela. Terhindar dari orang-orang yang bangkrut di akhirat,†katanya.
Usai salat Jumat, Kapolda Kaltim yang didampingi oleh Kapolres Kukar dan staf Kapolda memberikan sumbangan Al Quran yang diterima pengurus masjid setempat. (Humas Polda Kaltim)
Untuk menyaksikan secara lengkap khotbah Kapolda Kaltim, silakan lihat di video berikut ini: