BALIKPAPAN, Poldakaltim.com,–Islam agama yang mulia, mengharuskan kita berperilaku dengan lisan yang sopan, perilaku yang baik, terhadap semua mahluk yang ada di muka bumi ini.
“Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajarkan tentang hal-hal budi pekerti, akhlak, perasaan terhadap semua mahluk yang ada di muka bumi ini,†kata Kapolda Kaltim Irjen Pol Drs. Safaruddin selaku khatib salat Jumat di Masjid At-Taqwa, Jumat (18/8/2017) yang dihadiri sekitar dua ribu jamaah.
Dikatakannya, agama yang mulia ini mengharuskan adanya perilaku dengan hati, perasaan yang bersih. Menjaga lisan kita, menjaga rahasia pribadi, serta berakhlak mulaia terhadap dirinya dan mahluk yang ada di bumi ini. Jangankan kepada manusia, kepada mahluk-mahluk yang lain pun, Islam menganjurkan bahwa kita untuk berperilaku, berbuat terhadap binatang, terhadap tumbuh-tumbuhan. Karena kalau kita berperilaku tidak baik terhadap alam ini, akan menimbulkan bencana. Lebih-lebih kepada umat manusia.
Kapolda mengutip salah satu surat dalam Al-Quran, yakni Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya: Hai orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari buruk sangka atau kecurigaan, karena sebagian dari buruk sangka itu adalah dosa dan janganlan suka mencari-cari keburukan orang lain.
Pesan Al-Quran ini adalah jawaban dari fenomena yang hari ini sedang kita alami, yaitu kita sedang gemar-gemarnya saling menyalahkan, saling menjelek-jelekkan, melalui media sosial. Karena kita saat ini berada dalam dunia global. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, menyebabkan informasi sangat mudah.
“Tapi kita menyalahgunakan itu, yang seharusnya media sosial itu digunakan untuk saling menyambung silatuhrahim, saling menghargai, saling menghormati, saling tolong menolong. Saling mengajak berbuat kebaikan, agar kita terhinar dari perbuatan menggibah, atau menggunjing, mencari-cari kesalahan orang lain. Karena menggunjing ini menyebabkan rusaknya kehormatan seseorang. Merusak hati, ketentraman masyarakat serta menganggu keamanan dan ketertiban masyarakat,†pesan Kapolda Kaltim.
Seribu tahun lalu dalam Al Quran dan Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan kepada kita agar tidak menggunjing, karena perbuatan ini menyebabkan rusaknya kehormatan seseorang,merusak hati dan ketentraman masyarakat, serta mengganggu keamanan dan ketertiban.
Perbuatan menggunjing merupakan salah satu dosa besar, yang membinasakan dan merusak agama para pelakunya, baik sebagai pelaku, maupun orang yang ikut mendengarkannya.
“Karena orang yang mendengarkan, sama dosanya dengan yang menggunjing. Sebaiknya pergi atau mengalihkan pembicaraan lain,†kata Kapolda sembari mengutib pesan Ibnu Mubarak, salah satu imam besar yang juga merupakan ahli hadis yang sangat masyhur dan terkemuka.
“Pergilah dari orang yang menggunjing, sebagaimana engkau lari dari kejaran singa, karena menggunjing itu seperti memakan daging saudaranya yang sudah meninggal,†pesannya.
Selanjutnya Kapolda membacakan salah satu surat dalam Alquran, yakni Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya:… Dan jangan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima tobat lagi Maha Penyanyang.
“Tentu kita jijik memakan daging saudara kita yang sudah meninggal. Itu perumpaan kalau kita suka membicarakan kejelekan orang, menghujat orang, menjelek-jelekkan orang, itu sama dengan memakan daging saudaranya yang sudah meninggal. Yang seharusnya kita jijik, tetapi itu menjadi kegemaran kita saat ini,†kata Kapolda.
Kapolda selanjutnya mengutip dialog antara Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril pada saat perjalanan Israk-Mikraj seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud. Dalam dialog itu digambarkan ketika Nabi Muhammad melihat suatu kaum yang kukunya panjang, terbuat dari tembaga dan pekerjaannya menggaruk-garuk dadanya. Nabi bertanya kepada malaikat Jibril, siapakah itu, dan dijawab itu adalah kaum waktu dia hidup, suka menggunjing orang, suka membicarakan kejelekan orang, suka mencari kesalahan orang. Maka kukunya diperpanjang dan terbuat dari tembaga.
Kapolda kembali menegaskan, karena menggunjing, atau menjelek-jelekkan orang itu menyebabkan rusaknya kehormatan seseorang. Merusak hati dan ketentraman masyarakat, serta menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat. Menggunjing orang lain, tidak terlepas, dari salah satu istilah yang disebutkan dalam alquran, yaitu gibah (menggunjing), ibhu (mendengarkan gujingan) dan bhutan (fitnah).
Kita harus berhenti mulai saat ini. Jangan karena kita berbeda agama, kita menggibah orang lain. Jangan karena kita berbeda partai politik, jangan karena kita berbeda paham, jangan karena masalah hal-hal yang tidak prinsip antara sesama umat Islam, kita saling menggibah.
“Biarkanlah perbedaan itu. Tetapi kita harus menahan diri, untuk tidak saling menggibah antara sesama umat Islam, antara sesama umat manusia di muka bumi ini. Karena itu dilarang oleh agama. Jangan karena perbedaan, kita saling menggibah. Yang seharusnya perbedaan itu disikapi dengan baik. Menjadikan karunia yang diberikan Tuhan kepada kita, sehingga kita tidak menjadi orang-orang bangkrut kelak di akhirat,†kata Kapolda.
Nabi Muhammad SAW bersabda: Seburuk-buruk ghibah, adalah menggunjing para pemimpinnya, para ulama. “Tidak boleh kita membicarakan kejelekan para pemimpin kita.Perilaku ghibah ini menurunkan kewibaan,†kata Kapolda, sembari menambahkan bahwa kita juga tidak boleh menaruh dendam sesama manusia, tidak boleh iri. “Karena kalau kita dendam, kita iri. Tentu kita berusaha mencari-cari kesalahan orang lain,†tambahnya.
Dalam hadis Nabi, pada suatu saat di Masjid Nabawi di Madinah, Nabi Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat: “Ya sahabat-sahabat, apa yang dimaksud dengan orang bangkrut.†Salah satu sahabat menjawab menjawab, bahwa orang bangkrut itu tidak punya harga benda dan punya banyak hutang. Namun, Nabi mengatakan bukan itu yang dimaksud orang bangkrut.
Orang yang bangkrut itu, katanya, adalah orang yang rajin, beribadah, salat lima waktu, salat tahajut, rajin berzakat, bersedekat, rajin salat jumat seperti kita-kita ini. Tetapi ketika dihitung pahalanya, ilang. Kemana pahala itu? Diambil orang lain. Diberikan kepada orang lain. Diberikan kepada orang yang suka digunjing tadi. Kalau pahalanya sudah habis. Maka dosa orang yang digunjing itu diberikan kepadanya.
“Bangkrut nanti di akhirat. Kita percaya diri, melaksanakan ibadah baik yang wajib maupun yang sunah. Tetapi pahala itu hilang, karena kita rajin juga mengunjing orang. Membicarakan kejelekan orang,†kata Kapolda Kaltim selaku khatib salat Jumat.
Kapolda Kaltim menutup khotbahnya dengan menyeru kepada orang-orang yang telah menggunjing sebaiknya segera bertobat. “Segera minta ampun kepada orang yang dighibah dan kepada Allah SWT, sehingga kita terhindar dari orang-orang yang tercela. Terhindar dari orang-orang yang bangkrut di akhirat,†katanya.
Usai salat Jumat, Kapolda Kaltim yang didampingi Dir Sabhara, Karo SDM, Kepala SPN, Kapolres Balikpapan dan Staf Kapolda bersilaturahim dengan pengurus Masjid At-Taqwa. (Humas Polda Kaltim)
Untuk mendengarkan secara lengkap khotbah Kapolda Kaltim selaku khatib salat Jumat di Masjid At-Taqwa, silakan tonton video berikut ini: